Petuah 1

Umar berpesan hadapilah dirimu sendiri sebelum kau berhadapan dengan kehidupan akhirat dan pertimbangkanlah segala tindakan sebelum ditimbang di neraca keadilan

Petuah 2

“Dan Orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, niscaya kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan KAMI. Sesunguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik”

Petuah 3

“Siapa yang mencari Ridho Allah sekalipun dibenci manusia, maka Allah akan lindungi dia dari murka manusia” jangan takut berkarya selama dalam kebenaran

Petuah 4

Sesungguhnya semulia mulia iman seorang mukmin adalah yang paling bagus budi pekertinya dan paling lemah lembut kepada keluarganya (HR Tirmudzi)

Petuah 5

Menggali potensi diri adalah seperti mengarungi samudra tanpa batas, selamanya anda tidak akan pernah tuntas mengeksplorasi dan mengeksploitasi nya

Ini Tentang Pilihan


Kalam Allah itu teramat tinggi..luas..dan besar. Hingga alam semesta pun tak sanggup menopangnya.

Sinar bulan bisa purnama, namun akhirnya akan redup juga..
Begitupun matahari, ia bisa begitu terik namun kalanya datang ia akan petang juga..
Hujan yang lebat, tiba waktunya ia akan reda..
Dedaunan yang hijau segar, masanya menyapa ia akan layu dan lapuk jua..

Kulihat gunung-gunung luluh lantak oleh guncangan bumi.
Kulihat lautan, gelombangnya mengulung-gulung kala bumi mengguncang dasarnya
Kulihat langit menderu-deru, kala rintik hujan ingin membuncah menjadi badai

Kulihat api berkobar-kobar kala berteman angin dan material bumi
Kulihat air bisa meporak-porandakan kota dan isinya
Kulihat pula angin mampu merobohkan tiang-tiang beton

Sebenarnya ingin mengatakan apa?
Entahlah..

Firman Allah swt “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”

Surah al-ahzab, Allah turunkan tanpa pujian namanya “bismillahirrahmanirrahiim” ayat 72 dari 73 ayat.

Ketika mengulang kembali ayat tersebut saya jadi terpaku pada kalimat terakhir “inna kaana zhaalumaan jahuullann” Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
“inna” saya jadi bertanya-tanya mengapa Allah menekankan kalimat ini?

Syekh Amru Khalid dalam karyanya pesona Al-Qur’an mengemukakan bahwa ayat ini mengandung makna yang dalam. Menurut beliau dalam ayat ini terkandung makna penyerahan diri kepada Allah. Menurut penuturan beliau pula bahwa penyerahan diri kepada Allah itu ada 2 macam. Yang pertama: menyerah kepada Allah secara suka rela dan dengan didasari kebebasan untuk memilih, dan yang kedua: menjadi Abdi-NYA tanpa didasari kebebasan memilih.

Subhanallah
Wa Alhamdulillah
Wa laa illahaillah
Wa allahu akbar

Langit yang di dalamnya ada bulan, matahari dan bintang-bintang dengan sinarnya
Bumi yang merendah laksana ketundukan
Gunung-gunung menjulang laksana tengadah murakabah
Nyatalah mereka ada pada pilihan kedua dari ketundukan kepada Allah, yaitu menjadi abdi Allah tanpa didasari kebebasan memilih, maka ketika Allah berkendak angin menjadi topan, air menjadi bah, gunung meletus dan bumi berguncang dengan keras adalah bentuk ketundukan sempurna mereka kepada Allah. Tak ada pengingkaran.
Dedaunan layu jatuh ketanah, matahari yang harus terbenam dikala petang, bulan yang harus redup kala purnama telah berlalu. Itulah ketundukan mereka. Tanpa bantahan. Tanpa keluhan. Dan tanpa pilihan.

Subhanallah
Wa Alhamdulillah
Wa laa illahaillah
Wa allahu akbar

Lalu bagaimana dengan makhluk bernama MANUSIA (itulah diriku)?
Bekalan dalam dirinya berupa jasad, ruh dan akal, menjadikan ia begitu berbeda dengan makhluk yang lainnya(QS. At-Tin:4). Dan jelas pada surah al-ahzab 72 bahwa manusia menerima amanah dari Allah dengan penyerahan diri kepada Allah dengan suka rela dan didasari kebesan memilih. Hal ini pun Allah pertegas dalam surah al-Balad ayat sepuluh yang bunyi terjemahannya “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”.

Berfirman pula Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 21-22,” Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

“Yaa ayyuhaannaasu’buduurabbakum…” ini bukan permintaan Allah…
Tapi ini adalah kebebasan kita untuk memilih sebagai hambaNya yang IA lebihkan dari makhluknNya yang lain. Bahkan dengan segala rahmadNya ia paparkan kelebihan-kelebihan ataupun kekurangan-kekurangan tiap hal-hal yang jadi pilihan kita.

Kemudian Allah perjelas pula kebebasan memilih itu dalam surah al-Kahfi 29 “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; MAKA BARANGSIAPA YANG INGIN (BERIMAN) HENDAKLAH IA BERIMAN, DAN BARANGSIAPA YANG INGIN (KAFIR) BIARLAH IA KAFIR……….."

Ini tentang pilihan….
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS Insan:3)

Bodohkah manusia (saya) itu?(!?)
“inna kaana zhaalumaan jahuullann” Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Kata syekh Amru Khalid dibuku yang sama bahwa ayat ini tidak dapat diartikan bahwa manusia itu zhalim dan bodoh karena dia berani menanngung amanat dari Allah…

Yang perlu dilihat adalah apakah manusia setelah menerima amanah itu ia berserah diri pada Allah??

Sekali lagi ini adalah pilihan…

Laa ilahailallah
***
Merefleksi diri di Milad yang ke 22 th..

Tentang pilihan untuk memilih menjadi yang terpilih dari Yang Maha Terpilih

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Ya Allah..
Alangkah hina hamba di atas sumpahMu atas ciptaanMu
“wa asri, wadhdhuhaa, wallaili, walfajri”
Dan telah sampai kepada hamba firmanMu
“Demi waktu, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Yang saling nasihat mensihati dalam kebaikan dan saling nasihat-menasihati dalam kesabaran”

Ya Allah
Jadikanlah hamba abdiMu yang beriman dan mengerjakan kebaikan, dan jadikanlah hamba abdiMU yang dalam bermuamalah saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran..

Wahai Rabb semesta alam
Telah sampai kalamMu melalui Rasul Muhammad SAW, bersabda ia “Tiadalah tiadalah tergelincir kedua telak kaki seorang hamba di hari kiamat sehingga ditanya tentang empat hal, yaitu tentang umurnya dimana ia habiskan, tentang masa mudanya dimana ia binasakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya”
Maka Yaa Allah yang tiada Tuhan selain Engkau dan Tiada tempat meminta selain Engkau..Mohon berikanlah keberkahan pada umurku, pilihkan untuk hamba pijakan yang kokoh untuk menghabiskannya dalam amar ma’ruf nahi mungkin,,,jadikan Ya Allah masa muda hamba senantiasa dalam rahmadMU, yang masa itu binasa(habis) hanya untuk muraqobah padaMU hingga tiap ayunan langkahku dan tarikan nafasku adalah tuntunan dariMu atas kehendakMU dan atas pilihanMu untukku. Rabbi izzati..kemuliaan dan kesempurnaan adalah milikmu tunjukilah hamba jalan yang lurus dan engkau ridha-I untuk mendapatkan harta dan yang belanjanya hanya di jalanMu dan mohon karuniakanlah hamba ilmu dan dengannya ya Allah Yang Maha Mengetahui mohon perjalankanlah hidup hamba untuk mengamalkan dalam rangka dakwah fi Sabilillah.

Yaa Allah yang tiada pernah salah apa yang engkau kehendaki..
Sesengguhnya hamba adalah makhluk yang lemah,,fakir dan papah
Engkau yang maha memiliki dan maha memberi
Rabbi..sesungguhnya hamba memilih untuk engkau pilihkan yang terpilih mana yang terbaik untuk hamba, karena hamba tiada berhenti berharap dan meminta kepada Engkau agar hamba menjadi abdiMu yang terpilih untuk mendapatkan yang terpilih dari yang Engkau Pilihkan.

Rabbana aatina fiddunya haasana wafil aakhirati hasanah wakina azaabannaar..
Alhamdulillahirabbil Aalamin..
Pekatnya Subuh, 15 Agustus 2009
PENUH HARAP SEMOGA ALLAH MERIDHAI…. 

Agar Engkau Tidak Terlambat


Agar tidak akan pernah terlambat…..
Cerita ini terjadi ketika saya pulang syuro dan melanjutkan perjalan menuju sebuah mall bersama 2orang teman lainya, diperjalanan saya teringat tidak memiliki uang Rp.1.000,00 yang ada uang pecahan Rp. 50.000-an jadilah saya meminjam uang pada pada teman saya yang berboncengan, dan ketika sampai diposko parkir, teman tersebut menyerahkan 2lembar uang Rp. 1.000 lalu mengambil karcis parkir yang saya pikeir diambil 2sekaligus, lalu kami menuju tempat parkir. Setelah kira-kira setengah jam di mall dan barang yang dicari tidak ada kamipun meninggalkan area parkir, salah seorang teman mengingatkan untuk memperlihatkan STNK jika keluar nanti, lalu saya keluarkan STNK motor dan bertanya apakah karcis saya ada padanya, karena saya tidak mengambil karcis tadi dan perkiraan saya dia yang mengambikan. Diluar dugaan saya ternyata tidak ada, saya agak kebingungan, teman yang memboncengi teman saya yang membayarkan tadipun menenangkan, katanya” ga papa kok..bilang aja sama petugas nanti kalo karcis anti kececer dan hilang”, saya tetap tidak yakin dan dia meyakinkan kembali, karena mau cepat akhirnya saya ikuti sarannya. Begitu tiba diposko parkir keluar teman saya ada didepan, begitu giliran saya, saya perlihatkan STNK saja petugaspun bertanya “karcisnya mana?”,
Saya bilang “ga ada pak”,
“kececer ya”
“iya, pak”
Petugaspun menyerahkan STNK saya pada petugas yang lainnya dan meminta saya untuk mengikuti petugas tersebut untuk menepi. Dan dia mulai menanyai saya persis sama dengan pertanyaan petugas sebelumnya. Teman saya yang tadinya ingin langsung pergi mengurungkan niatnya, mungkin khawatir.
Petugas keamanan tersebut meminta saya keposko masuk untuk klarifikasi, namun tiba-tiba datang petugas lain yang beseragam sama melihat SNTK saya. Lalu berkata “wah lain bubuhanku ni, kali bubuhanku kada papa. Lewat aja”*. Geram juga saya mendengarnya. Lalu petugas itupun meyakinkan saya untuk tetap kembali kepetugas posko masuk. Teman saya tadi belum turun dari motornya. Di benak saya bukan kembali keposko masuk tapi melarikan diri, toh STNK sudah dikembalikan ke saya, tapi gagal karena petugas menyadarinya, akhirnya saya pun ditunjukkan jalan untuk kembali keposko.
Teman saya tadi sepertinya makin khawatir, diapun turun dari motor dan menemani saya kembali. Sesampainya di posko masuk saya melihat petugas keamananya senyum-senyum duluan, di hati curiga juga, ini petugas kayaknya sudah tahu nih, karena HaTe-nyakan nyala terus.
“Pak, udah tahu laporannyakan?” Tanya saya langsung kurang sopan
“Kenapa, karcisnya hilang ya?” petugas tersebut balik bertanya
“Ngga’ hilang pak, tadi ga’ di ambil, saya kira dah di ambil teman saya karena tadi di bayar 2 sekaligus” jelas saya
“tadi didepan bilangnya apa? Kececer ya?” petugas men-tek saya langsung
Malu juga ketahuan bohong, pengenya menjelaskan karena ingin pulang cepat dan dikira ga’ papa rasanya terlalu meremehkan, saya dan teman senyum masam.
“lain kali hati-hati ya, karena kehilangan karcis ini bisa bayar Rp. 10.000 untuk menggantinya”
“iya, pak”. Mahal juga pikir saya, lalu saya meminta maaf, mengucapkan terimaksih dan memalingkan motor, teman saya masih berbicara dengan petugas, sepertinya menjelaskan mekanismenya. Tak lama, lalu kami menuju posko keluar dan tanpa masalah kamipun pergi.
Diperjalan saya jadi berpikir, malu banget rasanya ketahuan bohong hanya untuk praktis dan ingin cepat tapi melangkahi mekanisme. Toh aturan dibuat untuk di taati bukan dilanggar. Dan mengikuti aturan lama tak selamanya juga benar, bisa saja peraturan berubah sewaktu-waktu, lalu apa salahnya jika mengikuti aturan? saya pun jadi geregetan pada diri sendiri.
Tanpa berusaha mencari-cari kesalahan orang lain, pikiran sayapun beralih pada petugas keamanan yang melihat STNK saya dan berkata” wah lain bubuhanku ni, kalau bubuhanku kada papa. Lewat aja”,dalam hati saya “berarti bisa saja kalau saya adalah salah satu dari kerabatnya ataupun teman2nya lolos gitu aja” .
Aneh juga rasannya, ternyata petugas keamanannya pilih-pilih, saya jadi nyebutnya KORUPSI nih, masa hukum tidak ditegakan bila hal yang terjadi pada saya juga terjadi pada “bubuhan”nya petugas tersebut? alhamdulillah saya ketangkap dan bisa minta maaf dan Alhamdulillah petugas tadi bukan hakim ataupun jaksa(ups!)
Pada manusia teladan terbaik hingga akhir zaman, yaitu Rasulullah Muhammad SAW yang pernah mengatakan untuk memotong tangan anaknya tersayang Fatimah Az-Zahro jika ia mencuri , karena Rasulullah memandang bahwa siapapun yang berlaku salah, menegakan keadilan itu jangan timpang, hukumnya untuk siapa saja jika ia terbukti bersalah, tanpa memandang status siapa penegak dan siapa yang melanggar.
Alangkah memalukannya jika kita(termasuk saya dan siapapun anda yang pernah melakukan kebohongan dalam bentuk apapun)tidak mentauladani utusan dari Allah tersebut. Padahal ia diturunkan oleh Allah sebagai manusia biasa yang ia hidup dan juga mati, makan dan minum, berjalan dan berlari, tertawa dan juga menagis. Padahal ia diutus dengan amanah besar demi untuk menyelamatkan umat manusia.

Agar tidak akan pernah terlambat,,,
Firman Allah pada surah at-Taubah: 119
“hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur”
Dan Al-Qur’an surah Muhammad:21
“jikalau mereka jujur kepada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka”
“Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda “sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan kepada syurga. Sesungguhnya seorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut siddiq. Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku mnyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang terbiasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar.”
Jujur dihasilkan dengan latihan, dan dapat dipelajari dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun, karena ia adalah hak dan milik siapapun.
Agar tidak akan pernah terlambat…
Rasulullah mengatakan bahwa dusta akan mengantarkan kepada perilaku menyimpang
Contoh nyatanya adalah kejadian diatas yang saya ceritakan ketika setelah saya berbohong, lalu diberi kelonggaran sedikit(ketika STNK dikembalikan) saya berniat melarikan diri, itulah perilaku menyimpang yang saya maksudkan, waktu itu saya tidak ingin mempertanggung jawabkannya, saya ingin lari dari kesalahan. Seandainya saya benar-benar lari (Alhamdulillah tidak..)maka mungkin saya akan mendapatkan kalimat “perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka”. Naudzubillah stuma naudzubillah min dzalik
Namun sebelumnya Rasul-pun mengatakan bahwa kejujuran mengantarkan kepada kebaikan.
Akhirnya saya menuju posko masuk dan berkata jujur lalu meminta maaf (taubat), dan petugas memberikan karcis parkir saya lalu saya pulang dengan mudahnya. Dan semoga kejujuran ini akan menuju kejujuran-kejujuran lainya dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Agar tidak akan pernah terlambat…
Bahwa dosa itu apapun bentuknya, sesungguhnya ia akan menghambat menuju kebaikan dan menjadikan terlambat untuk menuju jannahnya.
(seperti halnya ending cerita diatas saya terlambat tiba dirumah karena berbohong pada petugas dan berurusan terleih dahulu (menerima ganjaran) untuk mendapatkan kebaikan setelahnya)
So! Jangan pernah mampir dulu keneraka baru kesyurga
But! Langsung aja kesyurga..meskipun engkau tahu neraka.

Dzikrul Maut


Orang-orang banyak yang mengukur seberapa cerdas dirinya. Mulai dari tes IQ, EQ, masih kurang...SQ...masih kurang lagi...ESQ....(halah itu apa lagi...maklum baru ikut IQ itupun SMP). Klo berdasar IQ mungkin Albert Einstein yang terpandai (karena yang diukur dia, coba klo Ulama-ulama islam diukur pasti nggak kalah).
Nah ternyata Islam memberi panduan kita dalam mengukur kecerdasan kita.


Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata,

"Orang yang cerdas adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)

Nah, ternyata ada tho..ciri-ciri orang cerdas dalam Islam. Kalo kita jabarkan nih...biar agak panjang dikitan tulisannya...masak berhenti disini...maka ciri ciri cerdas itu adalah:

1. Mampu mengendalikan diri dengan bermuhasabah.

Hadits di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rab-nya*. Imam Turmudzi setelah meriwayatkan hadits di atas, juga meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab dan juga ungkapan Maimun bin Mihran mengenai urgensi dari muhasabah.

Umar r.a. mengemukakan:
‘Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.’

Sebagai sahabat yang dikenal ‘kritis’ dan visioner, Umar memahami benar urgensi dari evaluasi ini. Pada kalimat terakhir pada ungkapan di atas, Umar mengatakan bahwa orang yang biasa mengevaluasi dirinya akan meringankan hisabnya di yaumul akhir kelak. Umar paham bahwa setiap insan akan dihisab, maka iapun memerintahkan agar kita menghisab diri kita sebelum mendapatkan hisab dari Allah swt *.

Maimun bin Mihran r.a. mengatakan:
‘Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga ia menghisab dirinya sebagaimana dihisab pengikutnya dari mana makanan dan pakaiannya’.

Maimun bin Mihran merupakan seorang tabiin yang cukup masyhur. Beliaupun sangat memahami urgensi muhasabah, sehingga beliau mengaitkan muhasabah dengan ketakwaan. Seseorang tidak dikatakan bertakwa, hingga menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri. Karena beliau melihat salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa mengevaluasi amal-amalnya. Dan orang yang bertakwa, pastilah memiliki visi, yaitu untuk mendapatkan ridha Ilahi

Muhasabah menjadi "wajib" dilakukan oleh siapa saja yang ingin menjaga keimanannya dari kelemahan/kemunduran dan kekurangan.
Muhasabah diri ada 2 hal:

* Muhasabah sebelum amal

yaitu memeriksa keinginan dan tujuan awalnya.Segala amalan yang akan dikerjakan haruslah jelas baginya apakah layak dikerjakan atau tidak, bagaimana niatnya apakah ikhlas atau tidak.

* Muhasabah sesudah amal.

ada 3 hal:
a. muhasabah atas amal ketaatan yang belum memenuhi hak Allah dan dikerjakan tidak sebagaimana mestinya.
b. muhasabah diri atas setiap amalan yang sebenarnya meninggalkannya lebih baik daripada melakukannya.
c. muhasabah diri atas perkara yang mubah dan biasa.Mengapa kita melakukan itu? Apakah tujuannya....? ridlo Allah kah? duniakah? atau..hanya untuk kesenangan sesaat.

2. Beorientasi kedepan yaitu kehidupan setelah kematian

Persiapan untuk menghadapi sesuatu tidak akan terwujud kecuali dengan selalu mengingatnya di dalam hati, sedangkan untuk selalu mengingat di dalam hati tidak akan terwujud kecuali dengan selalu mendangarkan hal-hal yang mengingatkannya dan memperhatikan peringatan-peringatannya sehingga hal itu menjadi dorongan untuk mempersiapkan diri. Kepergian untuk menyambut kehidupan setelah kematian telah dekat masanya sementara umur yang tersisa sangat sedikit dan manusiapun melalaikannya.

“Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Al-Jumu’ah)

Kematian itu pasti, namun jalan menuju kematian adalah pilihan......... Nah pertanyaannya...sudahkah kita memenuhi dua kriteria diatas...wah klo saya koq jauh ya...(Bang Navre)

Maroji'
1. Artikel “Makna Muhasabah” oleh Mochamad Bugi. www.dakwatunna.com
2 http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/63

Membaca Kasih sayang Allah


“Dan Dia (Allah) Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim lagi sangat mengingkari (kufur nikmat)“. (Ibrahim: 34)

Membaca merupakan perintah pertama Allah dalam Al-Qur’an yang ditujukan langsung kepada manusia pilihan-Nya, Rasulullah saw. melalui wahyu pertama ‘Iqra’ (bacalah) dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan’ (Al-Alaq: 1). Membaca di sini harus difahami dalam arti yang luas karena memang objek membaca dalam wahyu pertama tersebut tidak dibatasi dan tidak ditentukan; Bacalah! Berarti beragam yang layak dan harus dibaca. Salah satu objek terbesar yang harus dibaca adalah kasih sayang Allah swt. yang terhampar di seluruh jagat raya ini tanpa terkecuali. Semuanya adalah bukti dan tanda kasih sayang Allah swt. untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Untuk itu, ayat di atas hadir untuk mengingatkan manusia akan kasih sayang Allah swt. yang memberikan segala yang dibutuhkan, sekaligus merupakan perintah untuk senantiasa membaca karunia tersebut agar tidak termasuk orang yang zalim, apalagi kufur nikmat seperti yang disebutkan di kalimat terakhir ayat tersebut di atas ‘Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim lagi sangat ingkar nikmat.’

Tentu, ayat ini tidak berdiri sendiri seperti juga seluruh ayat-ayat Al-Quran. Setiap ayat memiliki keterkaitan dan korelasi dengan ayat sebelum atau sesudahnya yang menunjukkan wahdatul Qur’an kesatuan dan kesepaduan ayat-ayat Al-Qur’an, termasuk ayat di atas ini harus dibaca dengan mengkorelasikannya dengan dua ayat sebelumnya yang menggambarkan sekian banyak dari nikmat Allah swt. yang harus dibaca dengan penuh kesadaran:

“Allahlah Yang telah menciptakan langit dan bumi serta menurunkan air hujan dari langit, Kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia pula telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.” (Ibrahim: 32-33)

Ayat yang senada dengan ayat di atas dalam bentuk tantangan Allah kepada seluruh makhluk-Nya sekaligus perintahNya untuk membaca hamparan karunia nikmat-Nya yang tiada terhingga adalah surah An-Nahl: 18

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dalam penutup ayat ini Allah swt. hadir dengan dua sifat yang merupakan puncak dari kasih sayang-Nya, yaitu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.

Ibnu Katsir mengungkapkan penafsirannya dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim bahwa selain dari perintah Allah untuk membaca nikmat Allah, pada masa yang sama merupakan sebuah pernyataan akan ketidak berdayaan hamba Allah swt. dalam menghitung nikmat-Nya, apalagi menjalankan kesyukuran karenanya, seperti yang dinyatakan oleh Thalq bin Habib:

“Sesungguhnya hak Allah sangat berat untuk dipenuhi oleh hamba-Nya. Demikian juga nikmat Allah begitu banyak untuk disyukuri oleh hamba-Nya. Karenanya mereka harus bertaubat siang dan malam.”

Membaca kasih sayang Allah merupakan langkah awal mensyukuri nikmat-Nya. Untuk membuktikan bahwa seseorang telah melakukan syukur nikmat, paling tidak terdapat empat langkah yang harus dipenuhinya: pertama, Mengekpresikan kegembiraan dengan kehadiran nikmat tersebut. Kedua, Mengapresiasikan rasa syukur atas nikmat tersebut dengan ungkapan lisan dalam bentuk pujian. Ketiga, membangun komitmen dengan memelihara dan memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Sang Pemberi nikmat. Keempat, Mengembangkan dan memberdayakannya agar melahirkan kenikmatan yang lebih besar di masa yang akan datang sesuai dengan janji Allah swt. dalam firman-Nya:

“Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu.” (Ibrahim: 7) Di sini kesyukuran justru diuji apakah dapat membuahkan kenikmatan yang lain atau malah sebaliknya, menghalangi hadirnya nikmat Allah swt. dalam bentuk yang lainnya.

Ternyata memang mega proyek Iblis terhadap manusia adalah bagaimana menjauhkannya dari kasih sayang Allah swt. sehingga mereka senantiasa hanya membaca ujian dan cobaan yang menimpanya agar mereka tidak termasuk kedalam golongan yang mensyukuri nikmat-Nya. Padahal secara jujur, kasih sayang Allah swt. dalam bentuk anugerah nikmat-Nya pasti jauh lebih besar daripada ujian maupun sanksi-Nya. Di sini, kelemahan manusia membaca nikmat merupakan keberhasilan proyek iblis menyesatkan manusia. Allah menceritakan tentang proyek

Iblis dalam firman-Nya:

“Iblis menjawab: “Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.“ (Al-A’raf: 16-17)

Dalam konteks ini, sungguh usaha dan kerja Iblis tidak main-main. Ia akan memperdaya manusia dari seluruh segmentasi dan celah kehidupannya tanpa terkecuali. Dalam bahasa Prof. Mutawalli Sya’rawi, “Syaitan akan datang kepada manusia dari titik lemahnya (ya’tisy Syaithan min nuqthah dha’f lil insan).” Jika manusia kuat dari aspek harta, maka ia akan datang melalui pintu wanita. Jika ia kuat pada pintu wanita, ia akan datang dari pintu jabatan dan begitu seterusnya tanpa henti. Sehingga akhirnya hanya segelintir manusia yang akan selamat dari bujuk rayu syetan dan menjadi pribadi yang bersyukur. Allah swt. pernah berpesan kepada Nabi Daud dan keluarga-Nya agar mewaspadai hal tersebut dalam firman-Nya: “Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih (bersyukur).“ (Saba’: 13)

Memang hanya sedikit sekali yang cerdas dan bijak membaca kasih sayang Allah swt. Selebihnya adalah manusia yang suka berkeluh kesah, mengeluh dan tidak bersyukur atas karunia nikmat yang ada. Bahkan kerap menyalahkan orang lain, su’uzhan dan berprasangka buruk kepada Allah. Padahal kebaikan dan pahala sikap syukur itu akan kembali kepada dirinya sendiri, bukan kepada orang lain. Karenanya ujian kesyukuran itu akan terus menyertai manusia sampai Allah benar-benar tahu siapa yang bersyukur diantara hamba-Nya dan siapa di antara mereka yang kufur. ‘Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan yang sedikit.‘ Allahu a’lam

oleh ust.attabiq luthfi
dakwatuna.com

Berbicara pada hati


Wahai engkau yang merajai diriku
tiadakah aku boleh melihat mu dekat?
menatap lekat?
dan memelukmu erat?

Wahai engkau yang ku jaga sangat
tak ingin ku lihat engaku pekat
laksana lumpur yang mengeras bak tanah liat
terpuruk tanpa berkat

Wahai engkau yang ku jaga sangat
lembut mu adalah anugrah
tak kan kubiar engkau tergugah
oleh dunia yang tak indah seperti JANNAH

Wahai engkau yang ku jaga sangat
kan kubalut engkau dengan Akhlakul karimah
dan untaian sunnah Rasulullah
karena engkau adalah petunjuku menuju Allah

Allahu rabbi...
jagalah hatiku dari segala kenikmatan dunia yang tiada berarti jika dibanding dengan nikmat syurgaMu yang hakiki.

"Ya muqalibal qullub tsabit qalbii 'ala dinika"

Berkali-kali mencoba

Ini blog yang kesekian kali...sering gagal atau lebih tetapnya tidak berhasil. postingan di blog ini adalah dari blog yang lama yana dah g bisa di buka lagi. g tau juga kenapa. dah dicoba d utak atik lagi juga g bisa. jadi buat baru lagi. moga bermanfaat...