Rasa khawatir kerap menjangkiti para orangtua tiap mendekati pertengahan Februari. Hari Valentine yang secara Global dikenal sebagai hari apresiasi kasih sayang, pada banyak kasus ditemukan sebagai momen untuk legalisasi seks bebas.
Berdasarkan laporan Global di sejumlah apotek Kota Medan pada momen Valentine tahun lalu (2009), penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa. Beberapa di antaranya Apotek Aditya yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto No 150 E. Fakta lapangan, sedikitnya 20 kotak kondom berisi 3 buah merek apapun ludes terjual khusus di malam Velentine Day.
Sama halnya dengan Apotek Istana Jalan Iskandar Muda Blok B. Apotek yang buka 24 jam inipun diakui sudah menjual sedikitnya 6 kotak kondom (berisi 24 buah merek Sutra dan isi 13 kotak) yang dibeli oleh pemuda remaja tiap mendekati pertengahan Fabruari. Dibanding hari biasa, rata-rata penjualan kondom di apotek itu maksimal hanya 2 kotak kondom isi 13 buah. "Umumnya, pembeli adalah pria berusia 20 tahun. Dibanding hari biasa, maksimal penjualan hanya berkisar antara 5 sampai 10 kotak," kata si penjual.
Jika Anda adalah orang tua yang memiliki anak remaja, mengawasi anak pada momen ini adalah langkah minimal untuk mencegah kemungkinan terjadinya tindakan amoral dalam lingkungan keluarga Anda.
Psikolog yang juga Manager Kasus VCT HIV, Antis MPS Spsi ditemui di RSU dr Pirngadi mengatakan, hasil laporan tersebut merupakan indikasi kalau pada momen Valentine, memang banyak kegadisan yang melayang dan keperjakaan menghilang. Kondom, dipercaya bisa mencegah kehamilan bagi para remaja yang belum siap bertanggungjawab atas perbuatannya.
"Para remaja itu kan hormonnya lagi gonjang - ganjing. Secara fisik memang mereka terlihat dewasa namun sesungguhnya mereka adalah pribadi yang labil. Mereka (remaja) perlu dikontrol amat dekat melalui pendekatan yang persuasif, tapi tetap membikin mereka nyaman," kata Antis.
Menurut Antis, dengan gembar - gembor media massa yang mengkampanyekan momen Valentine, para remaja begitu mudah terangsang untuk mengetahui lebih jauh seperti apa itu momen Valentine. Nah, ini menjadi celah masuknya ide - ide pergaulan bebas yang semakin diperkuat oleh kawan yang salah. Pengetahuan agar selektif memilih teman, juga disarankan karena pada dasarnya, kualitas teman termasuk yang menjadi tolak ukur untuk menentukan kualitas suatu pribadi.
Apalagi, sebut Antis, wadah interaksi kini semakin mudah dan bebas saja. Dengan browsing di internet, chatting 15 menit, seseorang sudah bisa mendapatkan kenalan baru. Janji ketemu di dunia nyata amat mudah terlontar karena para remaja memang mencari itu...suatu bentuk eksistensi dalam dirinya yang bisa dilihat dan diakui oleh orang lain.
"Berawal dari kenalan, kemudian berduaan...merentet pada perbuatan - perbuatan yang tidak sepatutnya mereka lakukan. Kunci paling utama adalah mengajarkan mereka agama sebagai benteng masuk nya budaya - budaya asing itu," tutur Antis.
Sementara itu, Pemerhati Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Medan, Chairunnisa Rahma Wati Spd di tempat terpisah mengungkapkan, bukan rahasia lagi jika banyak remaja yang memang menunggu momen - momen seperti ini untuk mengumbar kata cinta.
"Coba Anda datang ke supermarket, mall, plaza atau mungkin di jalan - jalan depan rumah kita banyak bertebaran atribut atau pernak - pernik didominasi dua warna, pink dan biru muda apakah atribut itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga," sebutnya. Konon warna ini melambangkan hari kasih sayang,.
Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan karena di hari itu, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai yaitu kekasih. Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.
Chairunnisa menilai, tanpa disadari tengah terjadi penghancuran kualitas generasi bangsa oleh sebab budaya - budaya barat dibawa oleh momen yang diperingati tiap tanggal 14 Februari ini. "Anda bisa lihat berita tanggal 14 Februari nanti, banyak remaja yang dipergoki razia tengah melakukan hubungan suami istri di dalam hotel atau rumahnya sendiri dalam rangka merayakan momen Valentine. Ini sudah seperti suatu dekadensi moral yang berjalan sistemik, ketika norma - norma dilanggar dan aturan agama sudah tidak digubris," sebut Choirunnisa.
Liberalisasi dalam segala lini merupakan benang merah dari Valentine yang menimbulkan rentetan dampak lainnya pada seorang remaja, masa depannya, hingga generasi berikut. Jika dibiarkan, akan semakin ramai saja remaja yang terkepung oleh budaya Barat, dan ini menghancam pada kualitas suatu negara.
Mereka yang melakukan seks bebas, adalah mereka yang tidak memikirkan dampak perbuatan dan masa depannya kelak. Jika laki - laki, mereka jadi pribadi yang tidak lagi memikirkan bagaimana menjadi pemimpin keluarga yang baik dan bertanggungjawab. Dan perempuannya tidak lagi memikirkan bagaimana dia bisa mempertahankan kehormatannya.
"Hamil, kemudian aborsi, itu adalah dampak yang secara sistematis akan mengubah cara pandang para remaja. Cara berpikir mereka jadi kacau, padahal mereka lah yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan kelak. Mereka akan memiliki keluarga nantinya. Jika sudah tidak punya tujuan membangun keluarga dengan kualitas - kualitas generasi yang berbobot, ini sama dengan penghancuran generasi yang berdampak pada kualitas suatu bangsa," tegas Khoirunnisa.
Copas Dari Harian Global - PT Paradigma Baru Globalindo
0 komentar:
Posting Komentar